
Dan pagi itu, selepas dari pakansi di Istana Agung Jogjakarta, saya, Zen RS, dan Galuh, berada di Wijilan untuk melahap gudeg kering Mbok Slamet yang masih setia berjualan sejak 1964.
"Mosok ngorupsi buku. Tega sekali. Buku pelajaran lagi. Bermilyar-milyar," seru Yanto ketika saya bertanya ada tidak berita lanjutan korupsi buku Bupati Sleman Ibnu Subiyanto.
"Beritanya udah nggak ada Mas. Kan dia sudah dipenjara. Sultan sudah memecatnya," katanya.
Yanto, sebelum menjajal bisnis koran adalah pengamen, pengemis, dan gelandangan yang beroperasi di Wijilan hingga Pasar Ngasem. Tak ada rumah. Cuma numpang cuci piring di warung-warung yang memberinya makan secukupnya.
Tapi pagi itu, caranya menyebut angka korupsi buku dan dibuinya Ibnu menandakan bahwa Yanto membaca isi koran yang dijualnya.
Saya membeli dua koran lokal Jogja. Dan memang tak ada lagi berita Ibnu Subiyanto mengorup buku di mana sebelumnya nongkrong di halaman depan.
Barangkali Yanto benar, ia sudah dibui karena buku. Dan yang pasti akan dipecat dari kursinya sebagai bupati lewat jalur PDI Perjuangan.
[+baca-]