Mantan Ketua DPR/MPR Harmoko meluncurkan buku berjudul Berhentinya Soeharto. Fakta dan Kesaksian Harmoko, di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (21/5). Peluncuran buku itu dihadiri sejumlah mantan pejabat tinggi, seperti BJ Habibie, Syarwan Hamid, dan Abdul Gafur.
”Mantan itu bukan manusia rentan, tetapi manusia militan,” kata Harmoko sambil melirik Ketua DPR Agung Laksono dan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie yang duduk bersebelahan dengan para mantan. Tak segan-segan menyebut diri mantan, Harmoko berkisah pendek tentang detik-detik sebelum Soeharto lengser keprabon tanggal 21 Mei 1998. ”Pelantikan Presiden Habibie di depan MA, tidak di depan Ketua MPR, itu konstitusional,” ujarnya.
Buku yang ditulis Firdaus Syam setebal 298 halaman itu dikerjakan dalam satu bulan. Tidak hanya berisi kesaksian detik-detik pengunduran diri Soeharto, tetapi juga kesaksian Harmoko dalam arus perubahan politik di Indonesia. Termasuk kisah palu yang patah, misalnya, ketika Sidang MPR memutuskan Soeharto terpilih untuk yang ketujuh kali tanggal 11 Maret 1998.
Setelah 10 tahun ”diam dan nyepi” dari percaturan politik, Harmoko merasa harus menuturkan apa yang belum terungkap dan yang berharga untuk disampaikan. Sikap diam itu, kata Harmoko, dimaksudkan untuk obyektivitas sejarah, setidak-tidaknya sejarah bagi dirinya sendiri.
Kesan ”tergesa-gesa” dalam penulisan buku hingga penerbitan, antara lain, terlihat dari ralat buku yang mencapai 2 halaman, yang dilampirkan sekaligus.
* Digunting dari Harian Kompas Edisi 22 Mei 2008
Wednesday, May 21, 2008
Harmoko Luncurkan Buku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
:: Awal :: Kliping :: Esai :: Resensi :: Tips :: Tokoh :: Perpustakaan :: Penerbit :: Suplemen Khusus :: Buku Baru :: Undang-Undang ::
No comments:
Post a Comment