Nyamannya membaca di atas sofa sambil menikmati minuman hangat dan berbagai menu makanan dengan suasana yang tenang, mungkin takkan anda temukan di tempat bacaan manapun kecuali di Rumah Buku.
Ketika anda menginjakkan kaki pertama kali di tempat ini, aura nyamannya sebuah rumah langsung terasa. Buku-buku tertata rapi di rak, sofa empuk, deretan kursi-kursi kecil dengan meja kayu yang memanjang. Beragam botol-botol kosong unik menghiasi meja. Jika keluar ruangan, anda pun bisa menikmati tamannya yang asri.
Tawaran kenyamanan serasa di rumah sendiri tanpa terintimidasi dengan segala aturan layaknya sebuah perpustakaan diberikan Rumah Buku.
"Ketika orang seringkali mengidentikkan buku dengan sesuatu yang berat, Rumah Buku membuat itu menjadi ringan," tutur pemilik Rumah Buku, Ariani Darmawan.
Berawal dari sebuah rumah kosong di Jl. Hegarmanah No.52, di Maret tahun 2003 rumah ini disulap menjadi ruang publik yang menyediakan referensi berupa buku, CD musik, dan film. Buku sastra, antropologi/budaya, sejarah, arsitektur, seni, film, desain, filsafat, dan buku anak merupakan tema-tema utama koleksi Rumah Buku, yang dapat dibaca di tempat atau disewa. Lebih dari 3000 judul buku, 700 CD musik dan 600 judul film bisa anda temukan.
Keinginan awal Ariani, buku-buku yang dijual di Rumah Buku adalah buku-buku bekas agar bisa membantu orang yang ingin membeli buku dengan harga yang lebih miring. Tapi, tidak banyak orang yang mau menjual buku-bukunya. Sehingga akhirnya buku-buku yang dijual pun buku-buku baru.
Jika agak keberatan mengeluarkan uang untuk membeli buku-buku baru, anda bisa menyewa. Tapi harus menjadi anggota terlebih dahulu. Ada dua pilihan keanggotaan. Keanggotaan Rumah Buku dibagi 2 yaitu Keanggotaan A dan B.
Anggota A dengan kewajiban membayar deposito Rp 45 ribu dapat meminjam buku dan film berlabel kuning serta semua CD musik. Label kuning khusus sebagai tanda untuk buku-buku yang harganya di bawah Rp 150 ribu.
Sedangkan anggota B dengan kewajiban membayar deposito Rp 95 dapat meminjam semua buku, CD musik, dan film yang disewakan (label biru maupun kuning). Keanggotaan bisa digunakan seumur hidup. Jika berhenti menjadi member, uang deposito akan dikembalikan.
Ariani sebagai salah satu sineas film indie Bandung juga membuat rumah produksi film indie, Kineruku. Sebuah ruangan di Rumah Buku yang dinamakan Kineruku Movie Station akan memberikan kenyamanan menonton seperti di rumah.
Tidak hanya itu, bioskop kecil di teras belakang yang langsung berhadapan dengan taman akan menawarkan nuansa lain. Di tempat ini biasanya diadakan pemutaran film-film indie sekaligus apresiasinya dengan para sineas film indie.
"Rumah Buku itu serasa rumah kedua," tutur Ariani menirukan komentar dari salah seorang anggota Rumah Buku.
Mungkinkah komentar itupun akan keluar dari mulut anda?
* Dicopy/paste dari portal detik.com 09/02/2008 12:05 WIB
Friday, February 8, 2008
Rumah Buku: Serasa Rumah Kedua
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
:: Awal :: Kliping :: Esai :: Resensi :: Tips :: Tokoh :: Perpustakaan :: Penerbit :: Suplemen Khusus :: Buku Baru :: Undang-Undang ::
duh, kayaknya asik banget.. masih di hegarmanah kan? kapan2 kesana ah... thx infonya. di jkt ada ga ya... yg kayak gini???
ReplyDelete