Ikatan Penerbit Indonesia kembali mengikuti pameran buku terbesar di dunia, Frankfurt Book Fair, di Jerman, 10-14 Oktober 2007. Pameran itu menjadi kesempatan terbesar untuk memamerkan karya-karya penulis Indonesia dan mendapatkan perhatian dari dunia penerbitan internasional.
Seperti dikemukakan Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Setia Dharma Madjid dalam jumpa pers, Kamis (4/10), tahun ini terdapat 50 judul buku yang mewakili kekuatan Indonesia akan dibawa ke pameran akbar tersebut. Buku-buku itu sebagian besar tentang seni dan budaya. Selain itu, ada buku-buku sejarah, sosial, politik, sastra, dan masakan khas.
Untuk pertama kalinya para penerbit dan industri terkait mengupayakan gerai yang lebih besar untuk diisi buku-buku yang dianggap mewakili kekuatan Indonesia. Tahun-tahun sebelumnya gerai Indonesia hanya 2 meter x 2 meter. Tahun ini gerainya 4 meter x 16 meter. "Sulit untuk bersaing dengan buku-buku teknologi karena terdapat begitu banyak barikade atau batasan. Kita juga sulit unggul karena sudah ada negara-negara yang lebih maju, sedangkan buku seni dan budaya relatif dapat dinikmati semua masyarakat dan memiliki keunikan," ujarnya.
Buku-buku dari Indonesia patut dibawa dan dinikmati oleh masyarakat luas di berbagai negara. Sayangnya, selama ini tidak ada wadah yang memadai untuk mempromosikan buku-buku tersebut. Dukungan pemerintah sendiri masih sangat minim. Tahun ini, menurut Setia Dharma, bahkan dukungan pemerintah nol, terutama pendanaan.
Berharap menjual hak cipta
Melalui pameran tersebut harapannya ada penerbit-penerbit dari luar negeri yang tertarik dan kemudian membeli hak ciptanya, menerbitkan dan mendistribusikan di negaranya masing-masing. Dengan demikian, buku-buku dari Indonesia itu banyak dibaca di belahan dunia lain. "Indonesia akan semakin dikenal dan kerelaan para penulis untuk menulis buku membesar," ujarnya.
Untuk itu, Setia Dharma berpandangan, ke depan khazanah keunggulan daerah juga harus digali dan dimunculkan melalui penulisan buku. Pemerintah daerah harus ikut mendorong majunya penulisan buku dan penerbitan di daerahnya, terutama yang mengangkat kekhasan daerah-daerah tersebut. Setia Dharma meyakini, daerah maju jika perbukuannya berkembang.
"Selama ini kekuatan seni, budaya, dan alam lebih banyak ditulis oleh orang-orang dari luar negeri. Tak heran juga kalau kemudian banyak kekayaan budaya yang diklaim oleh negara lain," ujarnya.
Manajer Eureka Bookhouse Raja D Manahara Hutauruk yang menjadi Tim Project Officer Frankfurt Book Fair 2007 menambahkan, pada pameran kali ini Ikapi juga tidak melihat besar kecilnya penerbitan. Di samping 50 judul buku terbaik, ada pula 200 judul buku lain yang dibawa ke pameran itu. Harga buku yang dibawa bervariasi, mulai dari Rp 13.000 hingga lebih dari Rp 2.000.000 per buku.
"Kami mensurvei ke toko-toko buku dan penerbit guna mencari buku yang layak dibawa ke pameran akbar itu. Bahkan, ada buku-buku yang dikeluarkan penerbit-penerbit baru dan kecil. Sepanjang mempunyai karya yang baik dan layak, mereka diikutsertakan. Layak dalam artian dapat mewakili Indonesia," ujarnya.
* Digunting dari Harian Kompas Edisi Jumat, 05 Oktober 2007
Saturday, October 6, 2007
Perkenalkan Indonesia ke Manca Lewat Buku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
:: Awal :: Kliping :: Esai :: Resensi :: Tips :: Tokoh :: Perpustakaan :: Penerbit :: Suplemen Khusus :: Buku Baru :: Undang-Undang ::
No comments:
Post a Comment