Saturday, August 11, 2007

Mobil Perpustakaan Keliling Masuk Desa

Masyarakat yang tinggal di kawasan pedesaan juga sangat mengharapkan kehadiran perpustakaan keliling. Titik, warga Muneng, Warangan, Kecamatan Pakis misalnya menegaskan sudah lama warga di desa itu mengharapkan kehadiran perpustakaan keliling. Namun hingga saat ini, belum pernah kesampaian. "Padahal, keinginan warga di sini, kehadiran perpustakaan keliling itu dapat merangsang keberadaan perpustakaan desa," katanya.

Sutrisno, warga Banyusidi berharap mobil perpustakaan keliling tidak mengunjungi sekolah-sekolah saja. Tapi juga desa-desa terpencil agar masyarakat juga dapat menikmati berbagai buku bacaan yang ada.

"Selama ini, saya melihatnya, mobil perpustakaan itu hanya singgah di sekolah-sekolah. Padahal di sekolah itu, sebenarnya sudah ada perpustakaan. Alangkah lebih baik, juga singgah di desa-desa, karena saya yakin masyarakat sangat haus akan infornasi," ungkapnya.

Zaenal, pengelola perpustakaan daerah di Muntilan mengakui saat ini hanya ada satu unit mobil perpustakaan keliling. Bukan aneh, kalau tidak mampu menjangkau seluruh desa yang tersebar di 21 kecamatan yang ada.

"Dengan keterbatasan mobil yang ada, paling tidak setiap kecamatan sekali sebulan. Setiap hari mobil itu harus keliling berdasar jadwal yang telah disusun," katanya, didampingi Supriyanto, sejawatnya.

Untuk menjangkau desa-desa yang tersebar, menurut Zaenal, idealnya harus ada empat unit mobil perpustakaan keliling. Sehingga, setiap kecamatan dapat didatangi seminggu sekali. Dengan begitu, setiap kali kunjungan, pihaknya dapat menitipkan kotak buku baik di sekolah maupun perpustakaan desa. Seminggu kemudian kotak buku yang berisi sekitar 100 buku itu diambil kembali dan diganti dengan buku yang lain.

"Jadi, masyarakat tidak hanya sekedar membaca buku yang tersedia di mobil, tapi juga membaca buku yang dipinjamkan itu. Kita sudah mulai di SMP 1 Pakis dan SMA Bandongan," terang dia.

Diakui, kunjungan mobil perpustakaan keliling, memang lebih difokuskan ke sekolah-sekolah. Namun, tidak tertutup kemungkinan mengunjungi puskesmas atau ke desa-desa sesuai permintaan masyarakat. "Memang, belum semua desa terpencil telah terjangkau oleh layanan itu karena keterbatasan sarana dan prasarana. Namun, kami pernah juga mengunjungi desa-desa terpencil atas permintaan dari mahasiswa yang KKN di sana," imbuhnya.

* Digunting dari Jawa Pos Edisi Radar Jogja Sabtu 11 Agustus 2007


1 comment:

  1. ya,ironis memang melihat keadaan yang ada.masyarakat desa sebenarnya lebih membutuhkan informasi dan pengetahuan dibanding dengan anak2 sekolah, karena di sekolah mereka sendiri tdpt perpustakaan sekolah.bandingkan dengan masyarakat desa yang untuk mengakses informasi saja sudah susah.paling tidak pemerintah daerah memberikan fasilitas untuk memudahkan mreka dalam mengakses informasi dan pengetahuan yang mereka butuhkan dan inginkan.meskipun dana menjadi persoalan yang klasik, akan tetapi kita harus tahu bahwa ini merupakan program jangka panjang dalam rangka memberdayakan masyrakat desa dimana hasilnya pun tidak dapat langsung kita ketahui dalam wktu yang dekat.karena,informasi sebenarnya merupakan kebutuhan primer setiap orang tidak terkecuali mereka masyarakat desa yang justru sulit untuk mengakses informasi.

    ReplyDelete