Friday, July 27, 2007

Ribuan Toko Buku Gulung Tikar

Jumlah toko buku di Indonesia terus menyusut akibat minimnya insentif pemerintah dan adanya persaingan usaha tak sehat di antara para penerbit buku pelajaran. Temuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menunjukkan, selama 17 tahun terakhir, jumlah toko buku yang gulung tikar mencapai 2.802.

Anggota Tim Evaluasi Persaingan Usaha Perbukuan KPPU Sukarmi mengungkapkan, berdasarkan data KPPU yang diperoleh dari Gabungan Asosiasi Toko Buku Indonesia (GATBI), pada 1990-an jumlah toko buku di Indonesia mencapai 4.632. Namun, saat ini tinggal 1.830 toko buku.

Menyusutnya jumlah toko buku, menurut dia, disebabkan oleh minimnya insentif pemerintah terhadap industri perbukuan, terutama buku pelajaran. Harga buku pelajaran di toko masih relatif mahal sehingga kurang diminati konsumen. Di sisi lain, terjadi persaingan usaha tak sehat di antara para penerbit dalam mendistribusikan buku-buku pelajaran.

Bahkan, kata dia, temuan sementara KPPU menunjukkan banyak perusahaan penerbit terindikasi melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tak Sehat. "Misalnya penerbit menjadi pemasar langsung ke sekolah. Itu akan membentuk pasar oligopoli," ujarnya kepada Tempo di Jakarta.

Rontoknya toko buku erat kaitannya dengan pendistribusian buku oleh penerbit atau distributor. Berdasarkan temuan KPPU, ada penerbit langsung yang menjual buku pelajaran ke sekolah, padahal hal itu dilarang oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005. Alhasil, para siswa lebih banyak membeli buku di sekolah ketimbang membeli di toko buku. KPPU pun telah membentuk Tim Evaluasi Persaingan Usaha Perbukuan (Koran Tempo, 25 Juli).

Menurut Ketua Umum GATBI Firdaus Umar, potensi kerugian toko buku akibat penerbit yang langsung memasarkan bukunya ke sekolah cukup besar. "Itu juga mengakibatkan kolapsnya banyak toko buku," katanya di Jakarta kemarin.

Sekretaris Jenderal Ikatan Asosiasi Penerbit Indonesia (Ikapi) Wanti Syaifullah mengatakan perlu ada bukti tertulis soal dugaan persaingan tidak sehat di antara penerbit buku pelajaran. "Ikapi tidak bisa main tuduh terhadap anggotanya bila tidak ada bukti tertulis," katanya kepada Tempo di Jakarta, Senin lalu.

Namun, dia mengakui saat ini banyak penerbit merangkap menjadi penyalur, terutama di daerah-daerah yang sarana toko bukunya minim. "Kami hanya memikirkan bagaimana buku pelajaran bisa sampai ke tangan yang membutuhkan," ujarnya.

Ketua Ikapi Setya Dharma Madjid mengatakan Ikapi akan melakukan evaluasi internal. Ikapi juga akan memfasilitasi pendirian toko buku, terutama di daerah-daerah luar Jawa.

Menurut dia, Ikapi mendukung terciptanya buku murah bagi siswa. Karena itu, dia berharap pemerintah menyubsidi buku-buku pelajaran agar harganya terjangkau masyarakat. Bahkan sebaiknya pemerintah juga menghapuskan pajak terkait dengan ilmu pengetahuan dan buku pendidikan, misalnya pengarang atau penulis buku tak dikenai pajak. "No tax for knowledge. India saja bisa menerapkan cara ini, sehingga harga buku di sana relatif terjangkau," ujarnya.


Didominasi Penerbit Besar

Pasar buku nasional ternyata sangat menggiurkan. Duit yang berputar dalam industri ini lebih dari Rp 15 triliun setahun. Ribuan penerbit dan toko buku berlomba-lomba mencicipi kue ini. Tapi penerbit dan toko besar saja yang paling banyak menikmati.

A. Pasar buku pelajaran
Pasar buku retail yang dijual lewat toko buku (faktanya ada yang dijual langsung ke sekolah)
Pasar buku bantuan operasional sekolah (BOS)
Pasar untuk Dana Alokasi Khusus (DAU)

B. Besaran Pasar
Anggaran Pendidikan 20 persen (saat ini masih sekitar 11 persen)
Pasar buku pelajaran pada 2007 sekitar Rp 15 triliun (asumsi: satu siswa satu buku)
Dana BOS untuk buku pada 2007 Rp 1,2 triliun
Omzet per tahun industri buku teks pelajaran Rp 5 triliun

C. Struktur Industri Penerbitan
Penerbitan terkonsentrasi di Jawa. Beberapa penerbit besar, seperti Gramedia, Erlangga, dan Intan Pariwara, berafiliasi dengan percetakan dan toko buku. Penerbit besar tersebut memiliki posisi cukup dominan di pasar.

D. Struktur Industri Percetakan
Sangat banyak jumlahnya dan tersebar

* Digunting dari Harian Koran Tempo Edisi Kamis 26 Juli 2007


1 comment: