Friday, May 30, 2008

Diluncurkan, Buku Palapa Nusantara 2015

Sumber daya alam di Indonesia bukan lagi menjadi sumber kesejahteraan rakyat, melainkan berubah menjadi kutukan. Ini terjadi akibat sikap pemimpin yang tak jeli dan kurang peduli ketika sumber daya itu dimanfaatkan negara lain. Demikian dikatakan ahli filsafat dari Universitas Indonesia, Jakarta, Toeti Herati Nurhadi. ”Kita tidak siap dengan sumber daya itu karena pemimpin kita siap dirayu, disuap, dan menjual aset negara sebab ketidakpedulian,” ujar Toeti saat memberikan sambutan pada peluncuran buku Palapa Nusantara 2015, Kebangkitan Semangat Wawasan Bahari Jakarta karya Martono Yuwono, Minggu (25/5) di Jakarta.

Toeti mengutip pendapat Joseph Stiglitz, pemenang hadiah Nobel bidang ekonomi dari Universitas Columbia, Amerika Serikat. Joseph memotret fenomena negara yang kaya sumber daya alam, tetapi menunjukkan performa sebagai negara berpenduduk kurang sejahtera.

Meski demikian, Toeti masih melihat adanya peluang perbaikan keadaan, yaitu dengan mengembangkan kepedulian. ”Itu harus dimulai dari panutannya,” katanya.

Martono mengatakan, Indonesia bisa kembali bangkit dengan mengangkat kembali kejayaan masa lalu yang pernah diraih. Kebangkitan Nasional tidak hanya dimulai 100 tahun lalu, tetapi lebih jauh lagi, yaitu sekitar abad ke-17.

Menurut dia, Nusantara mengalami masa kejayaan sejak zaman kerajaan dan kesultanan. Saat itu, Nusantara mempunyai pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan di dunia. ”Ini bukan mitos,” ujarnya.

Terkait dengan hal itu, Yayasan Pusaka Palapa Nusantara berupaya memulai dengan membangun kembali landmark Indonesia sebagai negara bahari. Indonesia memiliki potensi bahari yang luar biasa untuk dikembangkan.

Menurut Martiono dari Yayasan Pusaka Palapa Nusantara, masyarakat bahari berciri berani menghadapi ketidakpastian dan bervisi ke depan. Sikap mental semacam itu layak dikembangkan.

Tentang pentingnya landmark, Martiono mencontohkan, setiap negara maju memiliki landmark yang menjadi ciri bagaimana bangsa itu bersikap menghadapi berbagai situasi.

* Digunting dari Harian Kompas Edisi 26 Mei 2008


No comments:

Post a Comment