Friday, December 28, 2007

Diluncurkan, 'Indonesia on the Move'

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, dengan penilaian yang jujur, obyektif, dan terbuka, Indonesia yang terus bertransformasi hingga saat ini bergerak maju dari situasi serba krisis sejak tahun 1997. Jika transformasi terus dilanjutkan, Presiden optimistis masa depan Indonesia akan terus menjadi lebih baik.

"Disertai optimisme dan kerja keras, jika transformasi dilanjutkan, insya Allah masa depan kita akan lebih baik," ujar Presiden dalam sambutan peluncuran buku kumpulan pidato dan pernyataannya dengan judul Indonesia on the Move di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Jumat (28/12).

Untuk klaim kemajuan itu, Presiden menyebut bidang politik, ekonomi, sosial, pertahanan, dan posisi di dunia internasional sebagai acuan. Di bidang politik, hak asasi manusia dan demokrasi mekar. Di bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi terus naik mendekati 7 persen. Di bidang sosial, tak ada lagi konflik. Di bidang pertahanan, tak ada lagi embargo. Di bidang luar negeri, posisi Indonesia makin kuat.

Kemajuan bangsa yang kini dirasakan itu, menurut Presiden, tidak lepas dari peran seluruh masyarakat dan juga para pemimpinnya. Presiden menyebut peran Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, dan Presiden Megawati Soekarnoputri.

"Tidakkah secara jujur, meskipun tetap ada masalah, ada capaian dan ada kemajuan sepanjang perjalanan ini," ujarnya. Klaim itu menjadi dasar bagi Presiden Yudhoyono memberi judul atas buku yang disusun Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal itu.

Presiden ingin dunia internasional tahu dan tepat memahami Indonesia secara gamblang. Selama ini, Presiden merasa Indonesia kerap salah dimengerti oleh beberapa pihak dan dinilai sebagai negara yang paling susah dimengerti.

"Dunia harus tahu, Indonesia tengah bangkit dari krisis dengan visi dan idealisme jelas serta karakter yang kuat. Saya ingin memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang Indonesia. The true picture of Indonesia," ujarnya.

Masyarakat belajar

Untuk mengantar Indonesia pada kemajuan yang dicita-citakan, Presiden menekankan pentingnya budaya baca-tulis dan belajar. Pentingnya budaya baca dan tulis ini disampaikan juga sebelumnya oleh Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama. Meskipun demikian, sangat disayangkan, budaya baca di Indonesia masih rendah.

"Kita saat ini senang dengan budaya lisan dan tutur. Tidak keliru, tetapi harus dilengkapi dengan budaya baca dan tulis. Marilah bangun diri kita menjadi masyarakat membaca dan masyarakat belajar. Membaca adalah investasi, solusi, dan dapat mengubah nasib dan masa depan," ujarnya.

Terhadap upaya membangun masyarakat membaca dan masyarakat belajar, Presiden memberikan penghargaan atas upaya panjang Jakob Oetama dengan Kompas Gramedia-nya sebagai penjuru dan pemimpin di garis depan.

Mengenai upaya menjadi masyarakat belajar, Presiden bercerita mengenai kegemarannya menghabiskan libur akhir pekan sejak berpangkat letnan bersama istri dan anak-anaknya ke toko buku. Dua toko buku yang kerap dikunjungi Presiden dan keluarga adalah Toko Buku Gramedia di Jalan Merdeka, Bandung, dan Gramedia Matraman. Buku bagi Presiden menimbulkan inspirasi, menambah pengetahuan, dan menyempurnakan kepribadian.

Terhadap kegemaran Presiden yang nyata dalam buku-buku yang diterbitkan, Jakob Oetama memuji Presiden sebagai negarawan, cendekiawan, dan juga budayawan.

Setelah peluncuran buku, Presiden didampingi Ny Ani Yudhoyono berkeliling toko buku.

Presiden dan Ny Ani Yudhoyono mengakhiri acara dengan ikut bernyanyi bersama anak-anak di lantai empat.

* Digunting dari Harian Kompas Edisi 29 Desember 2007




No comments:

Post a Comment