Thursday, June 21, 2007

Rushdie Sang Ksatria: Dipuji dan Dikecam

Penganugerahan gelar keksatriaan atau knighthood bagi penulis Salman Rushdie oleh Pemerintah Inggris akhir pekan lalu telah memicu pertengkaran diplomatik dengan sejumlah negara.

Kementerian Luar Negeri Iran, menurut kantor berita IRNA, Rabu (20/6), memanggil Duta Besar Inggris Geoffrey Adams dan menyatakan bahwa keputusan pemberian gelar bagi Rushdie merupakan "langkah provokatif" yang membuat berang kaum Muslim.

Rushdie yang menulis novel The Satanic Verses harus menjalani hidupnya dengan berpindah-pindah persembunyian, menyusul fatwa hukuman mati yang dikeluarkan mendiang Ayatollah Khomeini tahun 1989. Novel itu dinilai telah menghina Islam. Sampai kini fatwa itu belum resmi dicabut.

Dalam penjelasannya, Geoffrey Adams mengatakan, Rushdie diberi penghargaan karena jasa-jasanya dalam kesusastraan dan menekankan bahwa Pemerintah Inggris menghormati Islam. Ia menyatakan akan menyampaikan protes Teheran ke London.

Pakistan juga memanggil Komisioner Tinggi Inggris Robert Brinkley. Menurut Juru Bicara Departemen Luar Negeri Pakistan Tasnim Aslam, "Islamabad menganggap Rushdie sebagai tokoh kontroversial yang lebih dikenal sebagai sosok yang karya- karyanya menyakiti perasaan kaum Muslim dunia daripada kontribusi kesusastraannya."

Pakistan mengatakan, pemberian gelar kepada Rushdie itu mencerminkan bahwa Pemerintah Inggris tidak sensitif.

Sekitar 20 aktivis Partai Aliansi Islam Malaysia (PAS) berdemonstrasi di depan Gedung Komisi Tinggi Inggris di Kuala Lumpur, Rabu.

Dalam pernyataannya, Presiden PAS Abdul Hadi Awang mengatakan, sikap Pemerintah Inggris itu hanya akan semakin memperlebar jurang kecurigaan antara Barat dan Islam.

Sejumlah demonstrasi juga terjadi di kota-kota di Pakistan.

(Dikutip dari Kompas edisi Kamis, 21 Juni 2007 yang dikutip dari AP, AFP, dan REUTERS)

1 comment:

  1. Rushdie emang penarik gerbong polemik. Tidak saja di dunia, tapi kelak di akhirat. Hehehehe

    ReplyDelete