Maklumat itu berbunyi:
MAKLUMAT PEMERINTAH
PARTAI POLITIK.
Andjuran Pemerintah tentang
Pembentukan Partai-partai Politik
Berhubung dengan usul Badan Pekerdja Komite Nasional Indonesia Pusat kepada Pemerintah, supaja diberikan kesempatan kepada Rakjat seluas-luasnja untuk mendirikan partai-partai politik, dengan retriksi, bahwa partai-partai politik itu hendaknja memperkuat perdjuangan kita mempertahankan kemerdekaan dan menjamin keamanan Masjarakat. Pemerintah menegaskan pendiriannja jang telah diambil beberapa waktu yang lalu, bahwa:
1.Pemerintah menjukai timbulnja partai-partai politik, karena dengan adanja partai-partai itulah dapat dipimpin ke djalan jang teratur segala aliran paham jang ada dalam masjarakat.
2.Pemerintah berharap supaja partai-partai politik itu telah tersusun, sebelumnja dilangsungkan pemilihan anggauta Badan-badan Perwakilan Rakjat pada bulan Djanuari 1946.
Djakarta, 3 November 1945
Wakil Presiden,
MOHAMMAD HATTA.
Dengan merujuk pada tonggak keluarnya “Maklumat Pemerintah 3 November 1945” di atas, sebuah tim kecil I:BOEKOE dibentuk untuk menuliskan kembali profil ringkas partai-partai politik Indonesia. Dan lahirlah buku Almanak Abad Partai Indonesia dan Dia.RI Partai Politik.
Tujuan penyusunan kedua buku itu tiada lain merupakan usaha dari segelintir kalangan muda untuk merekam biografi partai-partai politik dari masa ke masa yang lahir, berkembang, dan bertarung dalam pemilu di mana kehadirannya telah memberi sederet catatan sejarah perpolitikan Indonesia. Beberapa partai yang tak sempat bertarung di puncak pesta rakyat semacam pemilu pun turut dicatat, sebab kemunculan mereka turut andil memberi refleksi jalan perpolitikan di sebuah negara kepulauan bernama Indonesia ini.
Tak hanya menyusun segugusan asal kelompok dan usul ideologi dari partai-partai politik Indonesia sejak Indische Partai (IP) hingga Partai Kerakyatan Nasional (PKN) terbentuk, upaya ini pun menahbiskan sebuah hari yang menjadi pertemuan dari seluruh ingatan kolektif kita dari sekian praktik demokrasi yang sudah dilakukan selama puluhan tahun lengkap dengan cerita baik-buruknya.
Jika minat dan perhatian masyarakat selepas Pemilu 2004 dan jelang Pemilu 2009 mulai menurun frekuensinya melihat kinerja partai yang kian lama kian elitis-pragmatis, tak kemudian membuat kita pesimis tentang masa depan kepartaian Indonesia. Sebagaimana Hatta pernah membayangkan masa depan demokrasi Indonesia dalam sebuah Maklumat Politik pada 1 November 1945: “Sejak kita akan mendapat kesempatan yang sepenuhnya untuk memberikan seluruh tenaga kita pada pembangunan rakyat dan bangsa kita, dengan secepat-cepatnya kita berusaha melaksanakan hak-hak rakyat kita yang sesungguhnya sesuai dengan cita-cita United Nations, yaitu tidak saja menjadi rakyat yang merdeka menyatakan pikirannya, merdeka memilih keyakinan dan agamanya, bebas dari sewenang-wenang dan kekuatan, bebas dari kekurangan, melainkan juga menjadi rakyat dan pendidikan yang modern untuk seluruh rakyat kita dan untuk segala lapisan penduduk.”
Dengan segala optimisme yang mesti terus dinyalakan bagi masa depan demokrasi Indonesia lewat jalan berpartai, ditegaskan bahwa pada “3 November” menjadi Hari Kebangkitan Partai Indonesia. Inilah hari ketika untuk pertama kalinya secara resmi dari sebuah negara berdaulat, kehadiran partai diakui dan didorong kelahirannya untuk naik panggung, lewat sebuah maklumat pemerintah yang bersejarah yang bertanggal 3 November 1945. Dari momentum lahirnya Maklumat Pemerintah 3 November inilah pelbagai peristiwa berpartai bisa ditarik, dinilai dan dievaluasi, sekaligus menjadi acuan ingatan bersama untuk selalu menjaga semangat awal dari mana kita berpijak mengawal dan merawat demokrasi Indonesia dengan kebebasan berpendapat lewat jalan berpartai.
Rangkaian acara merayakan Hari Partai Indonesia 3 November ini, antara lain peluncuran buku Almanak Abad Partai Indonesia dan Dia.RI Partai Politik, pembukaan pameran lukisan dan instalasi seni: “11 Fraksi & 13 Watchdog Demokrasi”, dan pengibaran sekira 100 bendera partai sejak Partai Indonesia Raja (Parindra), Partai Komunis Indonesia, hingga Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Keseluruhan acara itu digelar di Newseum Indonesia dan Matahari Domus Cafe, Jl Veteran I/31, Gambir, Jakarta Pusat sejak 3 November 2008 jam 19.00 WIB.
No comments:
Post a Comment