Novel Janda Dari Jirah karya Cok Sawitri melayangkan ingatan kepada cerita Calon Arang. Selama ini, ingatan akan cerita itu ditularkan dengan gambaran Calon Arang sebagai seorang janda penyihir, penebar petaka, dan penampilannya serba seram sehingga harus dibunuh. Namun, karya Cok Sawitri membongkar itu semua.
Novel itu berdasarkan suatu peristiwa sejarah pada masa kejayaan Kerajaan Kadiri (Jawa Timur). Sejarah yang melibatkan Calon Arang dan perannya dalam pecahnya kerajaan tersebut. Konon, para penyair dan empu dilarang menuliskan kisah ini karena ditakutkan mencoreng kekuasaan Rake Halu Dharmawangsa Airlangga.
Kisah berpusat pada seorang perempuan, Ibu Ratna Manggali atau Rangda ing Jirah (Janda dari Jirah), pemimpin kabikuan Jirah yang kekuasaannya dan penyebaran ajarannya meluas sehingga sangat berpengaruh.
Konon, novel yang ditulis hanya dalam waktu empat hari itu hanya seperseratus dari penelitian Cok Sawitri terhadap naskah-naskah tua yang dikerjakannya selama bertahun-tahun. Cok memberikan gambaran berbeda dari gambaran yang selama bertahun-tahun diduplikasi terhadap kisah itu, terutama dalam memosisikan perempuan yang menjadi tokoh utamanya.
Wartawan Harian Kompas, Maria Hartiningsih mengungkapkan, ketika membaca novel tersebut ingatannya melayang pada cerita Calon Arang. Walaupun, di dalam novel itu tidak ada satu nama Calon Arang pun dituliskan. Maria menjadi pembahas dalam acara peluncuran novel itu di Goethe-Haus pada Rabu (19/9) malam.
Cok Sawitri membalik semua pandangan masyarakat terkait kisah itu. "Dia masuk ke dalam sejarah dan menempatkan Rangda ing Jirah sebagai biku dan pemilik pengetahuan. Sawitri menggoyang asumsi-asumsi yang selama ini ada," ujarnya.
Penulis dan aktris Rieke Diah Pitaloka yang juga menjadi pembahas novel itu berpendapat senada. "Dari pertama kali membaca novel itu saya langsung merasakan betapa puitis penuturannya. Seperti membaca puisi dalam bentuk prosa," ujarnya.
Cok Sawitri juga sepertinya berupaya agar pembaca keluar dari bayang-bayang ingatan akan Calon Arang yang selama ini digambarkan sebagai perempuan yang seram. Janda dari Jirah juga tidak digambarkan sebagai sosok yang mengerikan.
Dalam bahasanya yang indah, karya Cok Sawitri memperlihatkan cinta, gejolak, hubungan antarmanusia dan hubungan manusia dengan alam. Cok juga menggambarkan kematian sebagai proses antara bukan suatu akhir yang senantiasa dideskripsikan sebagai kekelaman dan kesedihan mendalam.
* Digunting dari Harian Kompas Edisi 22 September 2007
Friday, September 21, 2007
Diluncurkan, Novel Janda dari Jirah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
:: Awal :: Kliping :: Esai :: Resensi :: Tips :: Tokoh :: Perpustakaan :: Penerbit :: Suplemen Khusus :: Buku Baru :: Undang-Undang ::
No comments:
Post a Comment